Popular Posts

Powered by Blogger.

Prinsip Packing




Prinsip-prinsip packing carrier yang harus diperhatikan antara lain:



1. Masukkan matras dalam ransel.
Sebagian orang memang lebih menyukai menempatkan matras tidur di luar carrier (ransel). Namun dengan meletakkan matras melingkar di dalam carrier bentuk ransel akan lebih tegak dan lebih mudah saat melakukan packing (meyusun) ataupun mengambil barang dari dalam ransel.

2. Letakkan barang terberat di paling atas
Dengan meletakkan barang-barang yang berat di bagian atas, beban terberat ransel akan jatuh di pundak. Jika tidak, berat badan akan membebani pinggul sehingga kaki kurang bebas bergerak dan cepat merasa lelah.

3. Berat seimbang antara kiri dan kanan
Saat melakukan packing, letakkan barang sehingga beban antara bagian kiri dan kanan ransel seimbang. Beban yang tidak seimbang akan mengganggu keseimbangan tubuh apalagi mengingat jalur pendakian yang biasanya melalui medan-medan yang sulit.

4. Maksimalkan ruang-ruang yang ada.
Barang-barang yang berlubang bagian dalamnya seperti nasting (panci serba guna) jangan dibiarkan kosong tetapi isilah dengan barang-barang lain semisal beras, telur dll.

5. Urutkan barang sesuai waktu penggunaanya
Barang-barang yang akan segera dipakai letakkan dibagian atas saat packing. Dan sebaliknya, barang yang kemungkinan dipakai belakangan dibagian bawah.

6. Pisah barang yang sewaktu-waktu diperlukan
Ponco (jas hujan), PPPK dan obat-obatan adalah barang yang sewaktu-waktu diperlukan dalam perjalanan. Saat melakukan packing barang-barang ini dapat diletakkan di bagian atas ransel atau pada kantong-kantong di luar ransel sehingga saat membutuhkan dapat mengambilnya dengan cepat.

7. Masukkan ke kantong plastik
Sebelum di packing dalam ransel kelompokkan dan masukkan barang-barang ke dalam kantong plastic yang tidak tembus air, terutama pakaian tidur atau pakaian cadangan, kertas kertas, buku, dll.

8. Lindungi benda mudah pecah
Benda mudah pecah seperti telur sebaiknya dimasukkan ke dalam wadah yang kuat.

9. Hindari menggantung benda di luar ransel .
Matras ataupun benda lainnya sebaiknya jangan diletakkan di luar ransel. Menggantungkan benda di luar ransel selain kurang rapi juga beresiko tersangkut semak atau sejenisnya sehingga akan mengganggu perjalanan.

10. Bila memungkinkan bawalah tas tambahan semisal tas kecil yang bisa dikenakan di paha. Tas ini bisa untuk mewadahi barang-barang yang sering dikeluarmasukkan semacam kamera saku, obat-obatan, dll.
<

Kearifan Masyarakat Baduy







detikTravel Community -  
Baduy merupakan masyarakat di Kabupaten Lebak, Banten yang terkenal akan keunikan, kesederhanaan dan kearifan hidup mereka dengan alam. Banyak pelajaran yang bisa diperoleh dalam perjalanan yang seru dan menyenangkan.

Perjalanan saya kali ini merupakan perjalanan budaya menuju Baduy Dalam yang eksotis. Bersama 10 orang lainnya dari komunitas Ngetengmania, saya melakukan kunjungan selama 3 hari 2 malam. Karena bertepatan dengan musim durian, maka pesta durian yang melimpah di sana menjadi salah satu tujuan utama kami. Meskipun ini bukan perjalanan pertama saya ke Baduy Dalam, namun rasa ketertarikan untuk kembali dan kembali lagi seakan tak pernah luntur karena keunikan adat, kesederhanaan dan kearifan hidup mereka.

Suku Baduy atau biasa disebut "Urang Kanekes" tinggal di tengah hutan berbukit di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Suku ini merupakan salah satu suku yang masih setia mempertahankan dengan teguh adat istiadat mereka, hidup berdampingan dengan alam dalam kearifan dan kesederhanaan serta menolak pengaruh modernisasi dalam keseharian mereka. Kehidupan mereka masih sangat bergantung dari pemberian alam seperti hasil bertani, berkebun dan hasil hutan lainnya, sehingga mereka sangat arif dalam mengelola dan menjaga kondisi alam di tempat mereka tinggal.

Suku Baduy terbagi menjadi dua yaitu Suku Baduy Dalam yang masih terus menjaga dengan ketat adat istiadat mereka dan juga Suku Baduy Luar yang mulai menerima modernisasi meskipun tidak meninggalkan adat isitiadat mereka secara keseluruhan. Baduy terdiri dari 3 desa Baduy Dalam, yaitu Desa Cibeo, Cikertawana dan Cikeusik, dan sekitar 53 desa Baduy luar, antara lain Desa Gajeboh, Kaduketug dan Cijengkol.

Ada beberapa aturan adat utama yang perlu diingat bila hendak ke Baduy Dalam, antara dilarang merekam atau mengambil gambar menggunakan alat elektronik dan menggunakan bahan kimia yang dapat merusak alam seperti sabun dan pasta gigi. Sedangkan di Baduy Luar tidak ada aturan yang ketat seperti itu namun kita sendirilah yang harus bijak menempatkan diri dan melestarikan budaya serta keasrian alam disana.

Hari pertama, perjalanan kami mulai dengan berkumpul di Stasiun Tanah Abang sekitar pukul 7 pagi untuk selanjutnya berangkat menggunakan kereta Patas Rangkasjaya menuju Rangkasbitung dengan jadwal keberangkatan pukul 07.40 pagi. Cukup dengan membeli tiket seharga Rp 4,000 ribu kami diantar sampai Stasiun Rangkasbitung dengan waktu tempuh kurang lebih satu setengah jam. Sesampainya di Rangkasbitung, kami mampir terlebih dahulu di pasar untuk berbelanja bahan makanan untuk bekal kami serta belanja oleh-oleh yang nantinya akan kami bagikan ke penduduk desa Baduy Dalam.

Setelah berbelanja, karena dari stasiun tak ada angkutan langsung menuju Baduy, maka kami naik angkot menuju Terminal Aweh dengan ongkos Rp 3.000 ribu, dimana di terminal inilah tersedia angkutan menuju Baduy. Dari terminal ini kami menumpang angkot elf jurusan terminal Ciboleger, pintu masuk utama Baduy dengan ongkos Rp 15.000 ribu.

Namun karena kali ini kami akan masuk ke Baduy melalui Pasar Karoya, maka kami meminta angkot elf tersebut untuk sedikit berbelok dari Ciboleger menuju Pasar Karoya. Dengan melalui Pasar Karoya kami bisa memotong waktu tempuh perjalanan berjalan kaki menuju Desa Cibeo tempat kami menginap menjadi kurang dari 2 jam. Sedangkan bila melalui jalur resmi Ciboleger waktu tempuhnya bisa mencapai 3 sampai 4 jam berjalan kaki.

Setelah dua jam perjalanan menggunakan elf, sekitar pukul satu siang kami pun sampai di Pasar Karoya, dan disana kami sudah ditunggu oleh teman-teman kami dari Suku Baduy Dalam. Selepas beristirahat dan berkenalan, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Desa Cibeo dengan panduan dari Yardi, Juli dan beberapa orang lainnya sebagai guide kami dari Suku Baduy Dalam. Perjalanan yang memakan waktu kurang dari dua jam kami lalui sambil bercanda dan berbincang dengan guide kami untuk sedikit memenuhi rasa keingintahuan kami akan kehidupan di Baduy Dalam.

Dalam perjalanan ini kami harus naik turun bukit, menyeberangi beberapa sungai dan melewati satu desa Baduy Dalam lainnya yaitu Desa Cikertawana. Sesampainya di Desa Cibeo, kami langsung menuju rumah ayah Yardi tempat kami menginap untuk menaruh barang bawaan sekaligus beristirahat. Ayah Yardi adalah ayah dari salah satu guide kami yaitu Yardi, ada kebiasaan suku baduy untuk memanggil seseorang yang telah menjadi ayah dengan sebutan Ayah diikuti dengan nama anak pertamanya.

Sambil beristirahat, kami mempersiapkan oleh2 seperti ikan asin, gambir, dan makanan ringan yang akan kami bagi-bagikan ke warga desa. Selepas beristirahat dan selesai mempersiapkan oleh-oleh, tiba saatnya untuk membagi-bagikan oleh-oleh ke penduduk desa Cibeo dengan mendatangi rumah-rumah mereka satu persatu. Kegiatan ini kami jadikan sebagai ajang untuk mengenal lebih dekat suasana desa dan kehangatan warga desa kepada pengunjung, meskipun ada sebagian dari mereka yang terlihat ragu dan sedikit malu-malu namun hal ini justru menjadikan kami penasaran dan tertantang untuk mengenal dan berbincang lebih dekat dengan mereka.

Kegiatan ini menjadi acara yang sangat seru bagi kami karena dapat langsung berinteraksi dengan mereka dengan segala kesederhanaan, keramahtamahan dan kearifan budaya mereka. Setelah keliling desa, kami kembali ke rumah ayah Yardi untuk beristirahat, bersih-bersih dan mempersiapkan makan malam diselingi dengan bincang-bincang dengan anggota keluarga ayah Yardi beserta warga desa lain yang ikut berbaur. Didalam rumah panggung yang sempit itu kami berbagi cerita tentang sejarah dan adat-istiadat Suku Baduy diselingi dengan memakan buah durian berukuran besar yang manis pemberian salah satu teman Baduy kami.

Selepas maghrib setelah makan malam siap, kami langsung berkumpul untuk menikmati makan malam bersama anggota keluarga ayah Yardi beserta beberapa warga lain yang sengaja kami undang untuk ikut makan bersama agar suasana makan malam menjadi lebih ramai dan meriah. Meskipun hanya memasak masakan yang sederhana, yaitu mie rebus dan telur dadar, namun dengan bumbu kebersamaan dan kehangatan menjadikan semuanya terasa sangat spesial. Setelah makan malam dan hari sudah sangat gelap, karena minimnya penerangan di desa, kamipun memutuskan untuk tidur agar esok hari tubuh bisa fit untuk kembali melakukan perjalanan.

Hari kedua setelah bersih-bersih, sarapan pagi dan menyiapkan bekal untuk makan siang, kami bersiap meninggalkan desa untuk melanjutkan perjalanan kami menuju jembatan akar. Perjalanan ke jembatan akar menjadi perjalanan yang cukup melelahkan karena memakan waktu kurang lebih tiga jam dari desa Cibeo melaui jalan setapak yang becek dengan membelah hutan yang cukup lebat serta berbukit-bukit. Namun semua rintangan itu tidak mengurangi rasa ketertarikan kami akan jembatan akar alami yang melintang diatas sungai yang cukup lebar dan deras dengan pemandangan alam yang masih asri dan cukup eksotik.

Sesampainya di jembatan akar kami melakukan banyak hal mulai dari memenuhi rasa penasaran kami akan terbentuknya jembatan ini. Kami bermain air di tepian sungai sampai berenang di sungai serta ada sebagian dari kami termasuk saya yang tertantang untuk melompat terjun dari batu besar ke sungai yang cukup dalam dan deras.

Setelah puas bermain air, kami makan siang di tepian sungai dengan bekal yang sudah kami siapkan dari desa dan dilanjutkan dengan jalan kaki menuju saung di tengah ladang untuk bermalam di sana. Dalam perjalanan menuju saung kami sedikit berputar untuk menyambangi beberapa desa Baduy Luar. Sayangnya hujan yang cukup lebat terus mengiringi perjalanan kami sehingga kami tidak dapat melihat aktivitas harian dan berinteraksi dengan warga di desa-desa yang kami lewati tersebut.

Setelah tiga jam berjalan kaki ditemani hujan lebat, akhirnya kami pun sampai di saung dengan rasa lelah, kedinginan dan perut yang keroncongan. Kamipun langsung mengais-ngais isi tas untuk mencari makanan ringan yang bisa kami makan. Saking laparnya apapun yang kami temukan menjadi bahan rebutan dan langsung habis saat itu juga. Untung saja ada buah kelapa muda yang baru dipetik oleh Sapri dari pohon di belakang saung. Dan perasaan lelah setelah berjalan jauh melewati alam dan cuaca yang kurang bersahabatpun langsung hilang terkikis keceriaan dan kebersamaan yang menyenangkan.

Karena hujan tak kunjung berhenti, kami pun berebut untuk bersih-bersih bergantian serta berganti pakaian di saung mini yang hanya berukuran 15 meter persegi. Setelah bersih-bersih, acara dilanjutkan dengan makan malam dan setelah kenyang, ditambah faktor kelelahan kami pun langsung terlelap berserakan tak beraturan.

Hari ketiga merupakan hari terakhir kami di Baduy. Sayangnya karena keterbatasan transportasi keluar Baduy yang hanya tersedia hingga pukul 1 siang, maka kami harus berpacu dengan waktu sehingga tak banyak yang bisa kami lakukan selain berkemas. Kami memulai hari dengan menyalakan tungku untuk menghangatkan tubuh, sambil memasak air untuk membuat minuman jahe, teh, kopi dan mempersiapkan sarapan pagi. Sambil menunggu sarapan matang, ternyata kami kembali disajikan durian jatuh dari pohon yang baru saja diambil dari kebun di sekitar saung yang tentu saja sulit kami tolak dan akhirnya langsung habis dalam sekedipan mata.

Setelah menikmati durian dan sarapan pagi, kamipun segera berkemas. Selanjutnya kami kembali berjalan kaki selama tiga jam menembus hutan berbukit dan menyusuri sungai jernih dengan lingkungan yang masih asri menuju kampung Ciboleger tempat terminal angkutan umum berada. Sesampainya di Ciboleger, kami sempatkan untuk bersih-bersih dan tak lupa membeli buah tangan untuk selanjutnya pulang ke Jakarta dengan perasaan senang luar biasa meskipun tubuh terasa lelah.

Selama perjalanan kami di Baduy Dalam, banyak pelajaran hidup yang kami dapatkan dari mereka diantaranya kebaikan, kejujuran, ketulusan, kesederhanaan dan kearifan dalam menjalani hidup ini. Satu catatan bila berkunjung ke Baduy, hendaknya kita menghormati adat-istiadat mereka dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan selayaknya mereka menghormati dan melayani kedatangan kita dengan tulus.
<

Kota Tua Semarang


KapanLagi.com - Kalau Anda ingin bernostalgia atau foto preweding bertema jadul, mungkin kota tua Semarang bisa masuk daftar setting lokasi. Sebab kota tua Semarang yang sudah ada sejak tahun 1500 adalah tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Dengan segala 'keantikan' yang melekat di setiap sudut kota, menjadikan kota Lumpia ini bagai cetak biru negeri Belanda yang tersisa di Indonesia.



Jl. Jenderal Suprapto misalnya. Jalan ini menjadi 'tuan rumah' bagi beberapa gedung bersejarah yang mengagumkan. Termasuk Gereja Belanda 'Blenduk' yang berdinding kokoh dengan pilar-pilar menjulang; dibangun pada 1753 dan masih digunakan hingga kini. Area ini adalah markas pemerintah kolonial pada masanya. Meski beberapa bangunan terlihat kurang terawat namun di jalan ini Anda bisa hunting foto jadul dengan latar bangunan gaya 'Netherlands'.


Sedikit ke selatan, Anda akan menjumpai kepadatan jalanan 'Chinatown' Semarang. Sejak era reformasi, eksistensi kaum Tionghoa kian diakui dan bisa dibilang Semarang adalah kota berpenduduk Cina terbesar di Indonesia. Kuil Tay Kak Sie (Gang Lombok) yang ber-cat merah menyala pasti akan menarik perhatian Anda. Kuil yang dibangun pada sekitar 1772 ini berada di gang kecil sepanjang sungai di Jl. PekojanPasar Cina (07.00-16.00 wib) juga dikenal dengan Pasar Gang Baru, merupakan paduan unik pasar tradisional pribumi dengan Tionghoa.

Kembali ke pusat kota ada Pasar Johar (Jl. H. Agus Salim; 07.00-17.00 wib) yaitu pusat jual beli terbesar di Semarang. Berhadapan dengan pasar ada Masjid Besar Semarang yang memiliki menara masjid putar untuk melihat pemandangan kota secara keseluruhan. Anda juga bisa menikmati fasilitas ini lho. Keren kan ?



Kuil Tiongkok lainnya adalahGedung Batu(Kuil Sam Po Kong). Kuil termasyhur ini berjarak sekitar 5km dari pusat kota. Didirikan untuk mengenangLaksamana Cheng Ho, seorang pelaut muslim dari Dinasti Ming yang berjasa dalam penyebaran agama dan ilmu kemasyarakatan. Ruang utama kompleks kuil ada di dalam semacam gua yang terbuat dari batu, di dalamnya terdapat patung Sam Po Kong yang banyak dikunjungi penziarah baik kaum etnis Cina maupun muslim.

Semarang juga dikenal dengan 2 pabrik jamu raksasa yakni Jamu Nyonya Meneer (Jl. Raya Kaligawe; Km 4) danJamu Jago (Jl. Setia Budi 273). Keduanya mempunyai museum sejarah jamu yang dibuka untuk umum. Koleksinya meliputi berbagai koleksi benda budaya tentang jamu serta foto-foto dan sejarah cara pembuatan jamu dengan menggunakan alat-alat tradisional (lumpang dan alu, pepesan, cuwo, panel dan bothekan/tempat menyimpan resep asli ramuan jamu).

Museum Nyonya Meneer dibuka setiap hari Senin-Jumat pada jam 10.00-16.00, sedang Museum Jamu Jago dibuka pada hari Senin-Jumat dari 08.00-16.00. Tiket masuk tidak dipungut biaya alias gratis. Mau tahu asal-usul jamu ? Yukk.. kita meluncur ke Semarang! (kpl/dty)
<

Eksotika Karimun Jawa


Pulau Karimun Jawa yang terletak di sebelah utara kota semarang ini memiliki kesan tersendiri buat saya. Eksotika yang penuh dengan perjuangan, mengapa demikian? karena untuk mencapai pulau ini, saya harus menempuh kurang lebih 20 jam perjalanan. ya!! 20 jam... :(
setelah banyak searching di internet tentang bagaimana cara yang biasa digunakan untuk menuju karimun jawa, akhirnya pilihan saya jatuh kepada bis shantika klik disini yang saya naiki dari terminal rawamangun yang berangkat pkl 18.30. kenapa memilih bis? alasan yang pertama adalah, saya gak mau terlalu lama menunggu di pelabuhan untuk bisa naik kapal express kartini yang akan membawa saya ke pulau karimun jawa. kalau tidak ada halangan, jadwal kapal berangkat dari pelabuhan tanjung mas semarang adalah pkl 07.00. Untuk jadwal kapal menuju karimun jawa, klik disini.
Perjalanan dimulai dari terminal bis rawamangun, pulang kantor pkl 17.00 saya bergegas langsung menuju terminal dengan diantar OB kantor plus tukang ojek dadakan kalau saya butuh diantar kemana-mana hihihihi. Disana, sudah menunggu pasangan setia saya (halah). sampai diterminal, kami langsung menuju bis yang akan kami naiki. Puas dengan penampakan bisnya.





ketika naik ke atas bis lebih puas lagi karena kursinya bukan seperti bis malam lainnya, kursinya memiliki design seperti kursi pijat di mall yang nyaman untuk diduduki dengan waktu yang relatif lama, dan dilengkapi dengan satu buah selimut dan bantal untuk setiap kursinya. Karena kebetulan kursi kami bersampingan dengan toilet, agak risih juga pada awalnya (ketika booking tiket tanpa melihat penampakan asli dari bisnya) tapi setelah lihat kenyataanya, toiletnya berada di bawah (tidak sejajar dengan kursi penumpang) dan yang paling penting tidak bau pesing!! diatas toilet dimanfaatkan oleh penumpang untuk meletakkan barang-barang bawaannya.





Meskipun agak meleset dari jadwal, akhirnya bis kami berangkat meninggalkan terminal rawamangun. Ditengah perjalanan pada saat pemeriksaan tiket, saya sudah wanti-wanti oleh petugasnya untuk menurunkan kami di kawasan terdekat dari pelabuhan Tanjung mas, semarang dan di iyakan.. lega rasanya.
Sekitar pkl 10.00 pm, bis kami memasuki salah satu rumah makan di daerah indramayu untuk beristirahat dan menukarkan voucher makan malam kami (dengan menu ala kadarnya, jadi jangan berharap banyak yahh) kurang lebih 30 menit bis kembali berangkat meneruskan perjalanan. 





Begitu memasuki kawasan semarang, saya sibuk tengok kanan kiri karena gak mau kelewatan dari tujuan pemberhentian saya yaitu pelabuhan Tanjung mas. Kebetulan salah satu penumpang bis yang duduknya di depan saya minta untuk diturunkan di pom bensin dekat pelabuhan, dan ketika bapak itu turun otomatis menyadarkan saya bahwa kami sudah dekat dong ya dengan pelabuhan.. Tapi kok ya petugasnya malah anteng-anteng aja gak berusaha untuk kasih tau kita biar siap-siap turun, mulailah perasaan gak enak dan panik! kenapa panik, karena bis sudah melewati terminal Turboyo, semarang dimana sebentar lagi akan meninggalkan kota semarang. wuaaaaa, mau dibawa ke jepara nih saya rasa.. akhirnya saya memutuskan untuk menghampiri supir dan petugas lainnya di kabin depan dan bertanya, apakah pelabuhan Tanjung masnya masih jauh?? dan dijawab santai aja doong "Tenang aja mba, nanti sampeyan turun aja di jepara.. kapal yang mau ke karimun itu dari jepara" Ggggrrhhhhh, seketika saya minta turun disitu juga!!  bukan apa-apa, tiket kapal yang saya punya dari paket yang sudah saya beli itu adalah tiket kapal KM KARTINI yang berangkat dr semarang, bukan jepara. Dengan muka bete, sang supir memberhentikan bisnya dan jadilah kami terdampar di jalanan, mana masih subuh pula.. mau naik angkot apa juga gak ada ide :( dalam hal ini, sang pacar menenangkan.. "tenang, kapalnya kan berangkat masih jam 7 pagi.. ini masih jam setengah 4, keburulah... "  ini bukan masalah keburu atau gak keburu, ini masalah kita mau praktis kok ya malah repot kudu naik angkot lagi ke pelabuhan. Setelah tanya sini, tanya sana bagaimana cara untuk menuju pelabuhan kami memutuskan untuk naik taksi. Kenapa taksi? karena satu-satunya angkutan yang bisa menjangkau pelabuhan ya hanya taksi ini (dari terminal Turnoyo, tidak ada angkutan satupun yang jalurnya melewati pelabuhan. jadi kalau bukan taksi, palingan bisa naik ojek). Dengan tarif ketok alias gak pake argo, kami sepakat untuk mengeluarkan uang sebesar Rp 50.000 untuk diantar sampai pelabuhan (Gak relaaaaa... hikkss) tapi apa daya, saya cuma pengen cepet-cepet bisa sampai pelabuhan dengan selamat. 

Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang (Pkl 05.20)

Setibanya di pelabuhan, kami langsung minta diantar ke terminal penumpang oleh supir taksi. Begitu sampai di pintu terminal penumpang , agak khawatir juga karena saya tidak melihat satu kegiatan apapun. Jangankan orang berkumpul, pagar menuju loket tiketnya saja belum dibuka. Tapi positif thingking aja, mungkin masih terlalu pagi jadi belum dibuka. Sempat ketakutan juga karena dari info dari supir taksi, bahwa biasanya kapal yang membawa penumpang menuju karimun jawa itu hanya ada hari sabtu dan minggu pagi. sempet ketakutan lagi sih at the moment, apa iya saya di tipu oleh agen yang menyediakan jasa paket berlibur ke karimun jawa? Apa iya gak ada kapal peneybarangan yang berangkat hari itu? dengan agak galau, saya turun dari taksi dan memilih menunggu di ruang ATM bersama yang ada dekat terminal penumpang, lumayan bisa numpang ngadem sama ngecharge hp hihihihii. 
karena sampai pukul 06.00 belum ada tanda apa-apa dari dibukanya loket penumpang, saya bertanya melalui sms ke Mba Jemima, orang yang mengatur perjalanan saya ke karimun. 10 menit, 15 menit sms saya belum juga di balas.. udah mulai pasrah kalopun saya tertipu :( Tapi gak lama kemudian, mba jemima membalas sms saya "Mba, kapalnya berangkat dari Gudang KPLP yang ada di daerah pelabuhan juga. bisa naik ojek kok, palingan bayar 10-15 rb" Hadeuuhhh mbaa, kenapa baru ngomong sekarang sihh.. kenapa gak dari kemaren pas ngasih litenary nyaahh...!! celingukan nyari ojek gak ada, nanya satpam ternyata tempat yang dimaksud lumayan jaooohh, dan akhirnya mereka menawarkan untuk mengantar dengan tarif serelanya.. huuufttt, kaann keluar uang lagiii hiksss! lebih mau nangis lagi begitu liat di dompet gak punya receh untuk bayar mereka... cuma ada 50ribuan.






Begitu sampai, saya langsung bilang "Bapak punya kembalian 20rb??", udah bisa ditebak doong jawabannya.... "wuah, nda punya mbaa.. ya sudah gpp mba seiklasnya aja lumayan buat beli sarapan..." yaaah, baiklaahh mau gimana lagiii :( 
Begitu sampai, saya langsung mencari Ibu Eka.. beliau adalah pic yang Mba Jemima bilang. karena beliau belum datang, kami menunggu bersama dengan crew kapal kartini sambil sarapan nasi gudeg dan segelas teh manis hangat, Puji Tuhan kenyang hanya dengan 20rb untuk makan berdua :)
Pkl 08.15 kapal mulai berangkat, dan senaaang rasanya karena penumpang selain crew kapal hanya saya berdua. cihuuyyyy! perjalanan menuju Karimun ditempuh dalam waktu 2-3 jam dr semarang. Kapal akan berhenti dahulu di pelabuhan Kartini Jepara untuk mengangkut penumpang., dan berangkat lagi menuju karimun. KM Kartini melaju dengan kecepatan yang lumayan kencang, ombak dan cuaca pagi itu sangat bersahabat. Perjalanan menuju jepara kali ini kami gunakan untuk tidur, karena perjalanan masih sangat panjang dan agenda acara setibanya di karimun sudah menanti. 

Pelabuhan Kartini, Jepara (Pkl 10.00)

Terbangun dari tidur, saya lihat jendela nampak banyak kapal nelayan yang sedang mencari ikan. Ada pula beberapa orang tengah asyik memancing. Dan dari kejauhan nampak sebuah patung kura-kura besar.. sepertinya kami sudah hampir sampai di pelabuhan Kartini, Jepara. Begitu kapal bersandar, kami memutuskan untuk turun sebentar dari kapal dan pergi menemui Mba Jemima yang ternyata memang membuka booth paket wisata di pelabuhan ini. Setelah ngobrol lumayan banyak, saya pamit dan segera naik kapal kembali. Kapal mulai penuh dengan penumpang yang naik dari Jepara, ada wisatawan lokal maupun turis asing dan penduduk setempat yang memang selalu menggunakan kapal ini sebagau satu-satunya transportasi penghubung antara jepara dan pulau karimun.


Karimun Jawa Here we come (Pkl 12.15)

Ombak menuju karimun jawa kali ini sedikit membuat mual :( tapi setelah melihat keluar jendela dan sudah sedikit lagi kami bersandar, mualnya mendadak hilang hehehee buka hp, harus menerima kenyataan kalau sinyal smartfren saya gak bisa sama sekali berfungsi (ternyata sinyal yang bisa digunakan dikarimun jawa hanya Simpati dan XL, Indosat masih bisa meskipun suka malu-malu juga alias kadang bagus, kadang enggak). Untung aja saya masih ada nomor Indosat yang saya gunakan untuk berkomunikasi dengan Mas Wahyu, tour guide saya selama di karimun nanti. Begitu kapal bersandar, telpon saya berbunyi dan itu dari mas Wahyu. Kami dijemput menggunakan mobil carry, berasa banget ekslusifnya karena saya cuma berdua hahahaha. 
Sebelum check in tempat penginapan, kami di ajak untuk makan siang terlebih dahulu di sebuah warung makan dengan menu Ikan tentu saja.. lumayan enak, meskipun dengan pilihan lauk pauk yang tidak banyak. setelah kenyang, kami bergegas naik ke kapal kembali (tenang, yang ini hanya sebuah kapal bermesin kecil yang terbuat dari kayu yang biasa digunakan untuk perjalanan jarak dekat) karena kami memilih tempat penginapan yang bukan di daratan, alias ngapung dan diatas laut.. supaya bisa sampai disana kami harus menyebrangi pulau karimun yang ditenpuh hanya dengan waktu 10 menit saja :)

Wisma Apung, Karimun Jawa




Informasi mengenai wisma apung ini saya dapat di internet klik disini begitu melihat gambar di internet, saya langsung tertarik karena tempatnya yang unik berada di atas laut dan tentunya karena pemandangan yang saya dapat nantinya sudah terbayang sebelum menginjakkan kaki disini. 





Semua rasa lelah terbayar langsung ketika saya tiba di penginapan,
pemandangan yang saya dapat dari balkon teras kamar saya adalah hamparan laut biruu lengkap beserta biota lautnya yang masih ada. mulai dari ikan hias yang berseliweran kesana kemari, terumbu karang meskipun sudah mati tapi masih ada sisa-sisanya dan Bulu babi yang jumlahnya buanyaak sekalii. Kamar kami memiliki 2 balkon, depan dan belakang (diluar ekspetasi kalau kamarnya punya balkon belakang) wuah bonus banget kalo yang ini... ! dann mau tau bonusnya lagi?! Kamar mandi dalam yang terbuat dari kayu, memiliki jendela alias mempunya sekat antara atap dan dinding kamar mandi, jadi sambil mandi kita disuguhkan pemandangan laut dan langit yang cantikk (soo happy!!) tapi jangan terlalu senang dulu, karena bagian lainnya yang membuta kaget adalah limbah pembuangan dari kamar mandi ini sayangnya langsung mengalir ke bawah wisma ini alias langsung ke laut :( jadi itu salah satu penyebabnya kenapa kita tamu wisma apung tidak diperbolehkan untuk berenang disekitar wisma... (yaah, boleh aja sih buat yang mau... tapiiiii..... *fill in the blank). Tips saya sih, banyak-banyak cari tahu tempat penginapan yang akan kamu pilih ketika berlibur kesini ya, jangan sampai menyesal karena satu dan lain hal yang kita gak harapkan..






Oooh iya, di wisma apung ini juga terdapat sebuah kolam penangkaran hiu yang bisa di ajak foto alias kita para tamu diperbolehkan untuk berenang bersama si hiu dkk (selain hiu, di kolam itu juga terdapat ikan pari, bintang laut dan kura-kura). tentu saja semuanya jinak dan tidak membahayakan. Sebagai informasi, di pulau ini sebenarnya juga ada satu tempat yang memang khusus dipakai untuk penangkaran hiu, dan setiap pengunjung yang datang diharuskan membayar Rp 15.000/org jika ingin berenang atau hanya sekedar berfoto dengan hiu tersebut. Nah, untuk kita yang menginap di wisma apung jadi tidak perlu membayar di tempat penangkaran ini, karena di tempat kita menginap sudah disediakan yang gratiss :p


Spot Snorkling pertama, Pulau Gosong Cemara

Karena kami hanya mendaftarkan paket tour berdua saja, ketika pergi untuk explore pulau karimun kami di gabungkan dengan grup lain yang berasal dari agen lain. satu kapal di isi oleh kurang lebih 13 orang (3 orang crew kapal). Tempat pertama yang kami datangi adalah Pulau Gosong Cemara, perjalanan kurang lebih kami tempuh sekitar 30 menit. Meskipun cuacanya sedikit mendung, tapi tidak mengurangi niat kami untuk segera menceburkan diri ke dalam laut yang airnya nampang transparan sehingga ikan-ikan yang berenang dengan lincahnya bisa dengan mudah kami lihat dari atas kapal.
Begitu sampai di titik snorkling, kami bersiap-siap menggunakan peralatan untuk snorkling (dari segi kesehatan dan keamanan untuk sekedar jaga-jaga, jika kalian yang memang hobi snorkling ada baiknya  menyiapkan alatnya sendiri dari rumah. Karena biasanya, alat yang disediakan bercampur dengan bekas orang lain.) 
Terlihat dengan sangat jelas, ikan-ikan mulai mendatangi kapal kami (ikan yang jinak rasanya, karena mereka tidak kabur menghindari kami yang mulai liar menyelam kesana kemari). Uniknya, ikan-ikan ini seolah-olah sudah terbiasa dengan kedatangan orang-orang yang mengusik habitat mereka. Buat saya, ini adalah pengalaman pertama untuk berenang di laut bersama dengan ikan-ikan yang jumlahnya sangat banyak. Apalagi jika pada saat menyelam anda menyiapkan biskuit atau nasi, dijamin dalam hitungan detik ikan-ikan tersebut akan dengan mudah menghampiri anda. Setelah puas snorkling, kami diajak untuk berpindah tempat, kali ini kami akan dibawa ke tempat penangkaran hiu di pulau Menjangan besar.

Pulau Menjangan Besar, Tempat penangkaran Hiu

Setibanya disini, tidak ada pengunjung lain hanya kami saja (maklum, bulan november adalah musim hujan.. jadi tidak banyak pengunjung yang datang ke pulau ini). kami berkeliling dan melihat sekitar sebelum memutuskan untuk berenang bersama hiu-hiu itu. ukurannya lumayan besar, dan gerakan mereka lincah-lincah sekali, rada mikir juga untuk ikutan berenang bersama hiu-hiu tersebut. Setelah melihat anggota grup lain duluan masuk ke kolam-kolam hiu itu, barulah saya memiliki sedikit nyali untuk ikutan nyemplung. Susah sekali mendapatkan moment untuk bisa difoto bersama dengan hiu-hiu tersebut. saya harus berusaha mengejar mereka agar bisa dekat dengan mereka. tapi syukurlah akhirnya saya berhasil mendapatkan foto bersama hiu tersebut! fiuuhh....

Kunjungan ke penangkaran hiu adalah kunjungan terakhir di hari pertama kami, setelah puas bermain dengan hiu kami diantar ke tempat penginapan kami dan bersiap-siap untuk makan malam. 

makan malam kami kali ini tidak di wisma tempat kami menginap, melainkan di alun-alun. Untuk mencapai alun-alun kami diantar oleh sebuah kapal standby milik wisma kami menginap. sampai di alun-alun, kami sudah ditunggu oleh mas wahyu, tour quide kami. dia mengantarkan kami ke sebuah gerobak yang menjajakan makan malam seperti seafood, nasi goreng, aneka minuman dan lainnya. Menu makan malam kami saat itu hanya sebuah ikan bakar dan sambal (kurang meriah untuk ukuran perut saya hahahaha). Tapi rasanya lumayan enak, sambalnya unik mungkin karena menggunakan kecap yang berbeda dengan yang biasa saya makan di jakarta.

selesai makan malam, kami sempat mengelilingi alun-alun, banyak yang menjajakan cendra mata khas karimun jawa disini mulai dari t-shirt bertuliskan karimun jawa, tas, sendal dan kerajinan kerang buatan penduduk setempat bahkan ikan asin. puas berkeliling, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat.


 



<